Gak Belajar dari Bandung, Gas Air Mata dan Keserakahan Panpel, Kerusuhan Kanjuruhan Jadi Penyesalan Selamanya

- 2 Oktober 2022, 17:00 WIB
Sejumlah potret kerusuhan di Kanjuruhan, Malang. Penyesalan selamanya bagi dunia sepakbola Indonesia bahkan dunia
Sejumlah potret kerusuhan di Kanjuruhan, Malang. Penyesalan selamanya bagi dunia sepakbola Indonesia bahkan dunia /Kolase foto ANTARA dan Twitter.com/@PSSI/

Terlebih, jumlah suporter yang melakukan provokasi dengan turun ke lapangan semakin banyak. Itulah awal mula terjadinya kerusuhan di lapangan.

Panpel juga tidak belajar dari hilangnya nyawa dua bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada bulan Juni lalu. Kesalahannya serupa yakni jumlah suporter melebihi kapasitas.

Bedanya, saat peristiwa di Bandung aparat tidak menembakkan gas air mata sehingga puluhan orang mengalami luka-luka dan cedera sementara dua suporter tewas.

"Tembakan gas air mata untuk melerai suporter melanggar FIFA Stadium Safety and Security Regulation," kata Akmal.

Baca Juga: Kisah Pilu Alfiansyah, Anak Kecil yang Kehilangan Ayah dan Ibunya karena Tewas Saat Kerusuhan di Kanjuruhan

Fakta lainnya adalah PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 ternyata menolak rekomendasi polisi yang sempat meminta Arema FC vs Persebaya digelar sore hari.

Fakta ini dipertegas oleh Menko Polhukam Mahfud MD yang mengatakan betapa abainya Panpel terhadap laga tersebut.

Kata dia, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan.

Misalnya, kata Mahfud MD, pertandingan dilaksanakan sore, bukan malam hari sehingga jumlah penonton disesuaikan dengan kapasitas stadion yakni 38.000 orang.

Baca Juga: Jangan Melokalisir Kesalahan di Malang, Presiden Madura United: PSSI Bertanggung Jawab, Pengurus Mundur!

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah