Terlebih, jumlah suporter yang melakukan provokasi dengan turun ke lapangan semakin banyak. Itulah awal mula terjadinya kerusuhan di lapangan.
Panpel juga tidak belajar dari hilangnya nyawa dua bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api pada bulan Juni lalu. Kesalahannya serupa yakni jumlah suporter melebihi kapasitas.
Bedanya, saat peristiwa di Bandung aparat tidak menembakkan gas air mata sehingga puluhan orang mengalami luka-luka dan cedera sementara dua suporter tewas.
"Tembakan gas air mata untuk melerai suporter melanggar FIFA Stadium Safety and Security Regulation," kata Akmal.
Fakta lainnya adalah PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 ternyata menolak rekomendasi polisi yang sempat meminta Arema FC vs Persebaya digelar sore hari.
Fakta ini dipertegas oleh Menko Polhukam Mahfud MD yang mengatakan betapa abainya Panpel terhadap laga tersebut.
Kata dia, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan.
Misalnya, kata Mahfud MD, pertandingan dilaksanakan sore, bukan malam hari sehingga jumlah penonton disesuaikan dengan kapasitas stadion yakni 38.000 orang.