Misalnya, ada korban Klarisa berusia 18 tahun di RSUS Kanjuruhan namun di RS Teja Husada juga terdapat korban Clarita berusia 18 tahun.
Ada juga korban yang sudah dibawa pulang namun namanya masih terdapat di rumah sakit sementara fisiknya tidak ada.
Kemudian juga ada salah pencatatan. Sebelumnya disebutkan yang meninggal dunia tiga orang, tetapi setelah diklarifikasi ternyata satu orang.
Terkait situasi tersebut, Brigjen Pol. dr. Nyoman Eddy Purnama Wirawan menyatakan kemungkinan besar datanya masih bisa berubah.
"Masih bisa berubah datanya karena tim masih bekerja," kata Dedi.
Kerusuhan di Kanjuruhan melukai setidaknya 232 orang. Korban mengalami luka-luka karena terinjak, patah tulang, dislokasi, engsel lepas, mata perih, dan kadar oksigen rendah.
Salah satu penyebab banyaknya korban tewas di Kanjuruhan adalah gas air mata yang ditembakkan ke arah penonton.
Fakta lainnya adalah PT LIB selaku operator kompetisi Liga 1 ternyata menolak rekomendasi polisi yang sempat meminta Arema FC vs Persebaya digelar sore hari.