Pakar Melihat Manfaat Penggunaan Face Recognition (FR) KAI, Keamanan Data Penumpang HARUS Prioritas

- 7 Oktober 2022, 09:14 WIB
Penumpang PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan uji coba layanan Face Recognition (FR) Boarding Pas di Stasiun Bandung pada Rabu, 28 September 2022.
Penumpang PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan uji coba layanan Face Recognition (FR) Boarding Pas di Stasiun Bandung pada Rabu, 28 September 2022. /Humas KAI/

JURNAL MEDAN - PT. Kereta Api Indonesia (KAI) menerapkan pemindaian wajah atau dikenal dengan istilah Face Recognition Technology (FR) menjadi hal yang menarik perhatian.

Teknologi FR memudahkan masyarakat dan KAI karena pengguna layanan kereta jarak jauh tidak perlu lagi menunjukkan tiket dan tanda pengenalnya.

Penumpang tetap dapat diidentifikasi dengan akurat ketika ingin menggunakan layanan kereta melalui FR yang memiliki data biometrik.

Baca Juga: UU PDP Disahkan, Pakar Vaksincom: Kebocoran Data Mungkin Turun, Aksi Peretasan Hacker Tak Akan Berkurang

FR memberikan manfaat layanan yang lebih cepat karena mengurangi antrian dengan biaya investasi yang relatif murah.

Perangkat utama yang dibutuhkan untuk FR adalah kamera ponsel pintar yang sudah tersedia dengan harga yang relatif murah.

Akurasi FR sendiri mengalami peningkatan yang sangat pesat dan bahkan dapat melakukan pengenalan dengan cukup akurat meskipun wajah yang dipindai menggunakan masker.

Pakar IT Vaksincom Alfons Tanujaya mengingatkan PT KAI agar penggunaan data biometrik wajib menjadi prioritas serta diamankan dengan baik.

Baca Juga: Cerita McDonald's Mengalami Kebocoran Data, Pakar Vaksincom Bicara Tanggung Jawab, Penanggulangan dan Regulasi

"FR ini merupakan data biometrik yang perlu dikelola dan diamankan dengan baik karena jika jatuh ke tangan yang salah, eksploitasi FR ini dapat merugikan pemilik data biometrik," ujarnya dalam keterangan, Jumat, 7 Oktober 2022.

KAI bukan institusi pertama yang menggunakan FR namun penggunaan FR menunjukkan manajemen KAI memiliki pemahaman yang cukup baik atas teknologi yang tersedia dan mengimplementasikannya guna menunjang operasional KAI.

Tujuannya tentu saja untuk dapat memberikan layanan yang lebih baik bagi masyarakat dengan biaya investasi yang ekonomis.

Penggunaan FR ini akan mengurangi antrian dalam identifikasi identitas dengan biaya investasi yang relatif murah.

Baca Juga: Gedung Putih Undang 32 Negara Bahas Ransomware, Indonesia Tak Diundang, Padahal Penduduk 270 Juta

Pasalnya, penggunaan FR hanya membutuhkan kamera dari ponsel, perangkat pemindai e-KTP dan piranti lunak pengenalan wajah.

"FR mempermudah pengguna dan juga memberikan database yang lebih handal kepada penyedia layanan," ujarnya.

Menurut Alfons, beberapa informasi tambahan yang relevan ke dalam database FR seperti informasi tiket dibeli seperti informasi kesehatan/vaksinasi.

Implementasi database FR yang baik juga dapat mencegah aksi kejahatan, misalnya, pencopet atau pelaku pelecehan seksual yang telah teridentifikasi dapat diawasi secara khusus atau dicegah menggunakan layanan.

Baca Juga: Viral TikTok, Aksi Penumpang Maling Tas Supir Bus Trans Jogja Terekam CCTV, Pelaku Langsung Disuruh Turun

Proses pendaftaran identifikasi FR juga dapat mencegah penyalahgunaan data kependudukan yang bocor.

Proses pendaftaran FR hanya perlu dilakukan satu kali dimana jika ada yang menggunakan KTP palsu/bodong tidak akan bisa mendaftarkan dirinya karena proses pendaftaran harus menggunakan pemindaian chip e-KTP dan sidik jari.

Akurasi Face Recognition

Jika dibandingkan dengan metode biometrik lain seperti sidik jari dan iris mata, akurasi FR lebih rendah dan memiliki tingkat kesalahan (false positive) yang lebih tinggi.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi kecerdasan artifisial AI, tingkat akurasi FR sudah mengalami peningkatan yang sangat tajam.

Baca Juga: UU PDP Disahkan, Segera Bentuk Lembaga Otoritas PDP Diisi Orang yang Ahli, Jangan Sampai Jadi Macan Ompong

Menurut pengujian NIST National Institute of Standards and Technology, algoritma FR memiliki akurasi lebih dari 99 %, khususnya jika database memiliki beberapa contoh gambar objek FR.

Beberapa bank di Jepang bahkan mulai menerapkan FR di mesin ATM dalam mengidentifikasi pemilik kartu ATM guna mencegah Fraud.

Meskipun secara teknis FR memiliki akurasi lebih rendah dibandingkan pemindaian sidik jari dan iris, namun FR memiliki keunggulan contactless process atau proses pemindaian jarak jauh sehingga sangat membantu ketika digunakan saat pandemi.

Selain itu, proses pemindaian bahkan dapat dilakukan hanya melalui kamera dan tidak disadari oleh objek yang di pindai.

Baca Juga: RUU PDP Mendesak, Masyarakat Butuh Kepastian dan Perlindungan Terhadap Data Pribadi

Di satu sisi hal ini mempermudah dan mempercepat pemindaian, namun disisi lain hal ini dapat merugikan objek yang dipindai jika data pemindaian ini disalahgunakan.

Pengamanan Data Biometrik

Data biometrik merupakan data pribadi dan pemiliknya dilindungi oleh Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi.

Karena itu, pengelolaannya harus mengikuti standar penyimpanan dan pengamanan yang baik dimana penyimpanan data biometrik harus dilindungi sedemikian rupa sehingga sekalipun data tersebut bocor, maka data tersebut tidak bisa dibuka karena adanya metode enkripsi yang baik.

Hal yang sama sebenarnya diterapkan pada sensor sidik jari di HP dimana data sidik jari disimpan dalam keadaan terenkripsi sehingga jika data sidik jarinya bocor dan berhasil di kopi, maka data yang dikopi adalah data yang terenkripsi.

Baca Juga: Ini Pengertian Data Pribadi di RUU PDP, Lengkap Dengan Sistematika UU Sebanyak 15 Bab

Mirip dengan data atau dokumen yang menjadi korban ransomware yang hanya bisa dibuka dengan kunci dekripsi yang sudah diamankan sedemikian rupa.

Namun satu hal yang membedakan antara penyimpanan data biometrik layanan publik dengan data biometrik ponsel yang sifatnya one to one adalah data biometrik layanan publik jumlahnya masif dan sifatnya one to many.

"Dan kalau bocor akan merugikan masyarakat pemilik data," ujar Alfons mengingatkan.

Belajar dari kebocoran data yang banyak terjadi di Indonesia terutama pada lembaga publik pengelola data, Alfons berharap lembaga publik memberikan perhatian ekstra dalam pengamanan data biometrik FR ini.

Baca Juga: Kemenkeu AS dan Israel Berkolaborasi Melawan Ransomware: SDM Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk

"Semoga PT. KAI dapat menjaga amanah data biometrik FR yang dikumpulkan ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengguna layanannya," pungkasnya.***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah