Hindari Radikal! Said Aqil Minta Dosen Agama Tidak Banyak Ajarkan Aqidah, Shamsi Ali: Pemikiran Kontra Logika

7 April 2021, 13:36 WIB
Shamsi Ali (kiri) soroti pernyataan Said Aqil Siradj soal aqidah. /jurnalmedan.com/Dok. Instagram/@imamshamsiali2 dan @saidaqilsiroj53.


JURNAL MEDAN - Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali menyoroti pernyataan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj soal Dosen Agama ajarkan Aqidah dan Syariah.

Shamsi Ali mengatakan pemikiran Said Aqil yang meminta dosen agama tidak terlalu banyak ajarkan Aqidah dan Syariah bertolak belakang dengan logika.

Hal itu diungkapkan Shamsi Ali melalui akun Twitter pribadinya.

"Saya menilai cara berfikir ini kontra logika," kata Shamsi Ali seperti dikutip jurnalmedan.com dari akun Twitter @ShamsiAli2, Rabu 7 April 2021.

Baca Juga: Sejarah TMII, 44 Tahun Dikelola Yayasan Harapan Kita, Kini Diambil Pemerintah

"Mendalami akidah menjadi penyebab radikalisme? Dan kerenanya pelajaran akidah perlu dikurangi untuk mencegah radikalisme? Logika apakah yang dipakai?," lanjutnya.

Shamsi Ali mengaku dirinya bingung menafsirkan pemikiran dari Said Aqil Siradj.

"Atau harusnya gila untuk memahami pemikiran yang gila?," ujarnya.

Tangkapan layar cuitan Shamsi Ali Twitter/@ShamsiAli2

Sebelumnya, Said Aqil Siradj meminta dosen agama di fakultas umum untuk tidak tidak terlalu banyak mengajarkan Aqidah dan Syariah.

Dia menyarankan agar mengajar hanya dua kali yakni dengan memberi pelajaran soal Rukun Islam dan Iman.

"Bagi dosen agama yang mengajar agama di bukan fakultas agama, tidak usah banyak-banyak bincang akidah dan syariah. Cukup dua kali pertemuan. Rukun Iman dan Islam," kata Said Aqil saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi daring pada Senin, 5 April 2021.

Baca Juga: Rachland ke Moeldoko: Mau Jadi Ketum Demokrat, Rebut Hati Kadernya, Kita Lihat Diterima atau Dilempar Jam

Baca Juga: Buruh Minta THR Tidak Dicicil, Mardani: Masalah Klasik yang Selalu Terjadi Setiap Tahun

Berbeda dengan fakultas Ushuluddin dengan jurusan fiqih atau tafsir hadis, menurut Said Aqil, dosen yang mengajar di fakultas tersebut harus mendalam.

"Kecuali (fakultas) ushuluddin, kecuali (jurusan) fiqih atau tafsir hadis. Itu terserah, itu harus mendalam. Tapi kalau dosen yang mengajar di fakultas yang umum, Teknik, hukum misalkan enggak usah banyak-banyak tentang aqidah dan syariah, cukup dua kali," ungkapnya.

"Kenapa? Kalau ini diperbanyak, nanti isinya, surga-neraka, Islam, kafir, lurus, benar, sesat. Terus-terusan bicara itu radikal jadinya," ujarnya.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba

Tags

Terkini

Terpopuler