Ketua KPU Kalsel Wafat, Ketua KPU RI Sempat Punya Firasat Ziarah ke Guru Sekumpul dan Syaikh Arsyad Al Banjari

11 Februari 2023, 21:55 WIB
Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari berduka atas wafatnya Ketua KPU Kalsel Sarmuji /Kolase/Jurnalmedan.com

JURNAL MEDAN - Innalilahi wainnailaihi Rajiun. Ketua KPU Kalimantan Selatan (Kalsel) Sarmuji meninggal dunia pada Sabtu 11 Februari 2023.

Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari mengaku sempat punya firasat. Sebelum Sarmuji wafat ia merasakan ingin sekali ziarah ke makam dua ulama besar asal Kalsel.

Dua ulama besar itu adalah Guru Sekumpul yang dikenal sebagai Kiai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani, ulama kharismatik asal Kalsel yang wafat tahun 2005.

Baca Juga: Pemilih Muda Jadi Penentu Pemilu 2024, KPU RI: Jumlahnya Mencapai 107 Juta

Kemudian Syaikh Arsyad Al Banjari atau dikenal juga sebagai Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama besar Kalsel yang wafat pada tahun 1832.

"Assalamualaikum warahmatullah, Izin melapor Pak Ketua, Pak Sarmuji (Ketua KPU Kalsel) meninggal dunia," demikian pesan yang diterima Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari yang disebar ke grup WhatsApp jurnalis.

Mendengar kabar duka tersebut Hasyim menyatakan turut berduka cita dan mengajak membacakan Al Fatihah serta mendoakan almarhum Husnul Khatimah.

"Semoga almarhum husnul khatimah. Al Fatihah," tulis Hasyim.

Baca Juga: KPU Tetap Gunakan Kebijakan Less Paper Policy Melalui Sistem Informasi Pencalonan Anggota Legislatif

"Pantesan dalam satu pekan ini rasanya pengin ke Kalsel ziarah Guru Sekumpul dan Syaikh Arsyad Al Banjari," ujarnya lagi.

Profil Dua Ulama Besar Kalsel

Kiai Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul lahir di Martapura, Kabupaten Banjar pada 11 Februari 1942 dan wafat tanggal 10 Agustus 2005.

Guru Sekumpul adalah salah seorang ulama yang sangat kharismatik dan berpengaruh dari Kalimantan Selatan.

Kyai Haji Muhammad Zaini bin Abdul Ghani mendapat julukan Sekumpul semenjak beliau pindah mengajar dari wilayah Kelurahan Keraton, Martapura, ke daerah Sungai Kacang, beliau mempopulerkan sebutan untuk daerah ini sebagai Sekumpul.

Baca Juga: DKPP Tanya Bukti Intimidasi KPU dan Keterlibatan Istana Dalam Dugaan Kecurangan Verifikasi Parpol

Guru Sekumpul, dilahirkan dari pasangan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman, dan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

Meski berlatar dari keluarga yang kekurangan, namun orangtuanya berhasil mendidik sang anak hingga menjadi ulama terkenal.

Kesuksesan Guru Sekumpul juga tidak terlepas dari bimbingan para gurunya yang konon mencapai 200 orang.

Saat nyantri di PP Darussalam, Guru Sekumpul adalah tempat bertanya bagi teman-temannya. Saking rendah hatinya beliau menghindari popularitas.

Baca Juga: Profil Erick Thohir, Calon Ketua Umum PSSI yang Didukung Anak Presiden

Beliau memiliki kecerdasan di atas rata-rata sehingga KH. Ahmad Bakeri, pengasuh PP al-Mursyidul Amin Gambut, menyebut Guru Sekumpul sebagai super market ilmu.

Sedangkan Syaikh Muhammad Arsyad Albanjari dikenal juga sebagai Tuan Haji Besar dan mendapat julukan anumerta dari Kesultanan Banjar.

Beliau adalah pengarang Kitab Fiqh Agung Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi pemeluk Agama Islam bermadzhab Imam Syafi'i di Asia Tenggara.

Kitab Fiqh itu juga menjadi referensi keilmuan di Universitas Al Azhar Mesir serta pegangan ibadah umat Islam bermadzhab Imam Asy-Syafi'i seluruh dunia.

Baca Juga: Bertemu TikTok, Bawaslu Minta Samakan Persepsi, Standar Komunitas untuk Konten Pemilu 2024 Harus Sesuai UU

Beberapa nama kitab karangan Syaikh Arsyad Albanjar juga menjadi nama beberapa masjid di Kalimantan Selatan.

Sebut saja Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Masjid Jami Tuhfaturraghibin Alalak atau Masjid Kanas, dan Masjid Tuhfaturraghibin Dalam Pagar, Martapura.

Selama menjadi ulama besar di Kesultanan Banjar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berperan merevolusi metode pendidikan Islam.

Beliau membuka pusat pendidikan agama Islam atau sebuah pondok pesantren yang diberi nama Dalam Pagar.

Baca Juga: Bawaslu Buka Pintu Luas Bagi Pemantau Pemilu 2024, Ormas Tak Berbadan Hukum Bisa Daftar, Cek Syaratnya

Pondok pesantren Dalam Pagar ini kemudian berkembang pesat dan menjadi sebuah perkampungan yang ramai untuk menuntut ilmu agama Islam kala itu.

Banyak ulama-ulama di Banjar pada saat itu merupakan lulusan dari Dalam Pagar pimpinan Muhammad Arsyad al-Banjari.*** 

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler