JURNAL MEDAN - Penggemar PSMS Medan pasti tidak akan pernah melupakan laga panas final Divisi Utama 1983 melawan Persib Bandung. PSMS pun juara di laga tersebut.
Ketika itu 110 Ribu pasang mata memadati, Stadion Utama Senayan, menyaksikan laga panas final, PSMS Medan vs Persib Bandung.
Kisah dini dituturkan pengamat sepakbola Sumut Indra Efendi Rangkuti kepada Jurnal Medan. Ia menyimpan rapi arsip bersejarah di Senayan tersebut.
Persib Bandung ke final dengan rekor apik karena berhasil memenangkan 3 pertandingan di Putaran 4 Besar.
Sebaliknya PSMS Medan mungkin dianggap underdog namun Ayam Kinantan datang dengan motivasi tinggi untuk membalaskan dendam.
Sebelumnya, di laga penyisihan grup semifinal, PSMS Medan sempat dibekap Persib Bandung dengan skor 2-1. Skor ini terekam di benak banyak orang.
Sebelum pertandingan dimulai, masing masing pendukung, menyambut pertandingan dengan dukungan meriah.
Baik PSMS dan Persib punya suporter fanatik serta keduanya merupakan klub elit di Tanah Air ketika itu. Pertandingan dipimpin wasit Syahril Gani.
Saat Gani meniup pertandingan dimulai, kedua tim langsung mengambil inisiatif permainan menyerang namun karena tensi tinggi, PSMS dan Persin main hati-hati.
Di babak pertama anak asuhan Trio Wibisono, Zulkarnaen Pasaribu, dan Parlin Siagian bermain sangat lambat, pelan, dan begitu tegang.
Persib yang dilatih Omo Suratmo mengawali pertandingan dengan mencetak banyak peluang emas, tapi semua gagal berbuah gol.
Ketenangan dan kelihaian kiper PSMS Medan Ponirin Meka sempat membuat PSMS tampil nyaman.
Ditambah kokohnya lini belakang PSMS yang dikawal duet Sunardi A dan Marzuki Nyakmad.
Marzuki sendiri tampil gemilang dalam duel mematikan pergerakan pemain Persib, Adjat Sudrajat dan Encas Tonif.
Adjat Sudrajat yang biasanya sukses memporakporandakan pertahanan PSMS mati kutu dikawal Marzuki Nyakmad.
Baca Juga: MENOLAK LUPA, PSMS Medan Plus Pernah Kalahkan Ajax Amsterdam di Stadion Teladan 47 Tahun Lalu
Demikian juga dengan Encas Tonif, bintang Persib yang kesulitan menghadapi tembok pertahanan PSMS yang dikawal Sunardi A dan Marzuki.
PSMS mendapat ujian berat dengan cederanya gelandang andalannya M. Nurdin di menit 20. Ia ditarik keluar digantikan gelandang muda Bambang Usmanto.
Ternyata Bambang Usmanto tampil cukup gemilang di lini tengah PSMS walaupun anak-anak Medan terus mendapatkan tekanan berbahaya.
Sebaliknya anak-anak Bandung ternyata juga gagal mencetak gol selama 2x 45 menit. Begitu juga setelah perpanjangan waktu 2 x 15 menit.
Gelombang serangan yang digalang sang Kapten PSMS Sunardi B bersama Sakum Nugroho dan Bambang Usmanto juga kandas.
Barisan pertahanan Persib begitu rapat sementara penampilan gemilang kiper Sobur membuat lini belakang Maung Bandung tampak kokoh.
Skor sama kuat 0-0 menjadi akhir bagi laga final tersebut. Hingga akhirnya laga harus berlanjut dengan drama adu penalti.
Omo Suratmo sebelumnya sempat sesumbar sudah mengetahui kekuatan dan kelemahan PSMS, tapi ucapan itu mendahului takdir Tuhan.
Pemain Persib ternyata tidak lebih siap dari pemain PSMS saat mengeksekusi penalti.
Mental dan keyakinan pemain PSMS ternyata jauh lebih garang. Hingga mereka tidak ragu mengeksekusi tendangan dua belas pas itu.
PSMS pun unggul pada pertandingan ini dengan skor 3-2. Tiga gol penalti berhasil dilesatkan bintang mereka saat itu Sunardi B, Sunardi A, dan Suherman.
Sementara dua penendang lainnya Marzuki Nyakmad dan Musimin gagal melaksanakan tugasnya.
Sedangkan dari kubu Persib hanya mampu menyarangkan dua gol lewat Wawan Karnawan dan Sukowiyono.
Sementara tiga lainnya Wolter Sulu, Ajad Sudrajad, dan Giantoro, tendangannya berhasil ditepis Ponirin Meka yang dijuluki Si Tangan Emas.
Akhirnya puluhan ribu supporter, para pemain, dan official tim Persib harus pulang dengan lunglai akibat digoyang Tangan Emas Ponirin Meka.
Sebaliknya supporter PSMS meluapkan kemenangan dengan histeris. Apalagi saat Ponirin berhasil menyelamatkan tembakan pinalti terakhir pemain Persib Bandung Adjat Sudrajat.
Padahal di laga penyisihan grup Adjat sempat membobol gawang Ponirin Meka.
Kesuksesan Ponirin Meka menghalau tendangan pemain Persib, mengantarkan PSMS kepada gelar juara PSSI 1983.
Kemenangan itu membuat suasana haru dan linangan air mata antar pemain dan official rombongan PSMS, yang saling berangkulan di lapangan hijau.
Sementara sejumlah pemain lainnya mengarak bendera PSMS keliling lapangan Stadion Utama Senayan.
Baca Juga: Profil Krisna Septiawan, Prajurit TNI yang Menjadi Pemain Baru PSMS Medan di Liga 2 2022-2023
Mereka mengacungkan jari membentuk huruf V sebagai tanda kemenangan sekaligus menandakan keberhasilan PSMS Medan menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI untuk ke-5 kalinya.
Trio Pelatih PSMS Medan Wibisono, Zulakarnaen Pasaribu, dan Parlin Siagian mencatat sejarah atas keberhasilan PSMS Medan menjadi Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1983 ini.
Ketiganya mencatat sejarah sebagai sosok pertama yang sukses membawa PSMS Medan menjadi Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI sebagai pemain dan pelatih.
Sebelumnya, sebagai pemain Wibisono sukses membawa PSMS Juara Kejurnas PSSI pada 1967 dan 1971.
Baca Juga: PSMS Medan Tembus Semifinal AFC Champions Cup 1970 di Teheran, Klub Thailand dan India Dibikin KO
Zulkarnaen Pasaribu sebagai pemain membawa PSMS menjadi Juara Kejurnas PSSI pada 1967,1971 dan 1975 (Juara bersama dengan Persija).
Parlin Siagian sebagai pemain membawa PSMS Medan menjadi Juara Kejurnas PSSI pada 1975 (Juara bersama dengan Persija).
Berikut susunan pemain di final Divisi Utama 1983:
PSMS
Ponirin Meka (GK), Hadi Sakiman, Hamdardi, M.Nurdin/Bambang Usmanto, Sunardi A, Sakum Nugroho, Suherman, Sunardi B, Ahmad/Jongkie Haurissa, Marzuki Nyakmad dan Musimin.
Persib
Sobur (GK), Suryamin/Adjid Hernawan, Dede Iskandar, Robby Darwis, Giantoro, Encas Tonif/Kosasih, Sukowiyono, Wolter Sulu, Ajad Sudrajad, Adeng Hudaya, dan Wawan Karnawan ***