Tepat di Hari Pahlawan, HERO PSMS Medan Ramli Yatim Wafat 10 November 1997 di Kota Medan

- 10 November 2022, 11:39 WIB
Legenda PSMS Medan Ramli Yatim
Legenda PSMS Medan Ramli Yatim /Dok. Pribadi Indra Efendi Rangkuti

JURNAL MEDAN - Berikut ini kisah seorang pahlawan atau hero PSMS Medan Ramli Yatim yang wafat 25 tahun lalu, tepatnya di peringatan hari Pahlawan 10 November 1997.

Ramli Yatim lahir di Tebing Tinggi 12 Juli 1921, dikenal sebagai legenda PSMS Medan dan Timnas Indonesia. Informasi ini dinukil dari pengamat sepakbola Sumut Indra Efendi Rangkuti.

Ramli Yatim, kata Indra, mengenal sepakbola di lapangan perkebunan Matapao bersama adiknya Ramlan Yatim.

Baca Juga: Semusim di J2 League Bersama Tokyo Verdy, Pratama Arhan Blak-blakan Beda Level Sepakbola Indonesia dan Jepang

Bakat hebatnya kemudian membawa dirinya ke kota Medan dan memulai karirnya di klub Medan Putera.

Setelah itu Ramli pindah jadi pemain klub PO Polisi Medan. Setelah itu ia direkrut sebagai pemain utama PSMS Medan, yang kemudian mengorbitkan namanya ke Timnas.

Pecinta sepak bola era milenium mungkin mengangap Bambang Pamungkas (Bepe) sebagai sosok striker jago sundul di Indonesia.

Jauh sebelum Bepe, nama Ramli Yatim sudah dikenal di Asia dan bahkan Eropa.

Sundulan mautnya mengantarkan Sumut menjuarai PON III pada 1953 di Medan, setelah satu sundulannya turut membawa Sumut meraih Medali Emas setelah mengalahkan Tim DKI Jakarta 3-1 di Final.

Baca Juga: Setting Kartu Merah di Pertandingan, Putu Gede Beberkan Eksperimen Taktik PSMS Medan Kalahkan Ar Rasyid FC

Ketika klub Austria GAK Graz bertandang ke Medan untuk berujicoba dengan PSMS pada 27 Juli 1954 Ramli Yatim menunjukkan aksinya.

Kiper GAK Graz di buat kaget ketika bola setengah badan dari Jusuf Siregar, beberapa meter dari depan gawang GAK Graz, di sambar Ramli dengan sundulan sambil terbang.

Dan bola pun bersarang di jala Gak Graz.Dan akhirnya GAK Graz harus menanggung malu setelah dikalahkan PSMS 3-0 lewat gol yang dicetak oleh Ramli Yatim, Jusuf Siregar dan Djumadi.

Begitu pun ketika klub asal Swiss, Grasshoppers bertandang ke Medan. Walau menang 4-2 dari PSMS, tetapi penjaga gawang Grasshoppers di buat geleng-gelang kepala oleh aksi Ramli Yatim.

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Pahlawan 2022, Cocok untuk Caption WA, FB, dan Meningkatkan Jiwa Nasionalisme

Umpan silang Sjamsudin disambut dengan heading sambil memutar badan oleh Ramli Yatim yang berujung gol indah yang disambut aplaus meriah dari penonton.

Pada 20 September 1956 Timnas Indonesia yang dipersiapkan menghadapi Olimpiade Meleborne 1956 melakukan pertandingan ujicoba dengan Jerman Timur di Jerman Timur.

Pada pertandingan ini Ramli Yatim sempat membuat public Jerman Timur terdiam ketika sundulan mautnya membobol gawang Jerman Timur.

Namun akhirnya Timnas harus mengakui keunggulan tim Jeman Timur dengan skor 1-3.

Gol tersebut mencatatkan namanya sebagai pemain Indonesia terakhir yang membobol jala Jerman Timur.

Baca Juga: Hari Pahlawan 2022, Menag Yaqut: Mari Korbankan Waktu dan Pikiran untuk Kemajuan Pembangunan

Salah satu kelebihannya yang sulit ditiru adalah kemampuannya menyundul bola dengan bagian belakang kepala dan mampu menjadi gol.

Kemampuannya ini sempat membuat pelatih Timnas saat itu asal Yugoslavia Tony Pogacknick geleng - geleng kepala karena beresiko membuat gila, tapi Ramli Yatim mampu menunjukkan kualitasnya dengan aksi heading mautnya itu.

Sulit mencari penerusnya di Medan. Kemampuannya menyundul bola bisa diteruskan oleh juniornya di PSMS Medan Azis Tanjung dan anak didiknya di PSMS yang kelak jadi bintang PSMS dan Timnas Tumsila hingga dijuluki "Si Kepala Emas".

Sebagai pemain Ramli Yatim sukses membawa PSMS meraih kemenangan melawan tim tim besar Eropa dan Asia hingga dijuluki "The Killer" dan sukses membawa Tim PON Sumut meraih Medali Emas PON 1953 dan 1957.

Baca Juga: 25 UCAPAN Selamat Hari Pahlawan 10 November 2022: Cocok Dibagikan di Medsos, Peringati Pahlawan Telah Gugur

Bersama Timnas Ramli Yatim membawa Indonesia lolos ke Semifinal Asian Games Manila pada 1954 dan lolos ke Olimpiade Melbourne 1956.

Pada 13 Oktober 1950 Ramli Yatim dianugerahi PSSI sebagai Pemain Terbaik Indonesia dalam sebuah acara yang digelar di Kabupaten Malang mengalahkan 2 pesaingnya waktu itu yaitu Amung (BIVB) dan V.D Kaden (Persija).

Pada Pembukaan PON 1953 di Medan Ramli Yatim juga mendapat momen istimewa ketika Presiden Soekarno memberi hadiah lukisan bergambar dirinya.

Sebuah bukti bahwa reputasi dan kemampuannya mendapat apresiasi dari pemerintah.

Baca Juga: Review Film Black Panther 2: Wakanda Forever, Ada Berapa Post Credit Scene? Ini Penjelasannya

Sesudah pensiun sebagai pemain Ramli Yatim melanjutkan karirnya di PSMS Medan sebagai Pelatih.

Tangan dinginnya sebagai pelatih sukses membawa PSMS Jr menjuarai Suratin Cup pada 1967.

Seusai membawa PSMS Jr menjuarai Suratin Cup Ramli Yatim mendampingi rekannya sesama Legenda PSMS Jusuf Siregar melatih PSMS yang berlaga di putaran Final Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1967 di Jakarta.

Saat itu 4 anak didik Ramli Yatim di PSMS Jr yaitu Ronny Pasla, Wibisono,Sarman Panggabean dan Tumsila dipromosikan ke Tim PSMS.

Baca Juga: Awal Mula Perjalanan Kratos dari Mitologi Yunani ke Nordik di God of War Ragnarok

Perpaduan pemain muda ini dengan pemain - pemain senior antara lain Yuswardi, Zulham Yahya, Sukiman, Ipong Silalahi, Muslim, A.Rahim, Syamsuddin, Sunarto, Aziz Siregar, Zulkarnaen Pasaribu dll ternyata sukses besar menjadikan PSMS menjadi lebih solid hingga akhirnya sukses menjadi Juara Wilayah Barat dan lolos ke Semifinal di Jakarta.

Dan akhirnya kolaborasi 2 Legenda PSMS ini di kursi kepelatihan membawa PSMS Medan untuk pertama kali menjadi Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1967 setelah di Final mengalahkan Persib 2-0 lewat 2 gol yang dicetak oleh A.Rahim dan Zulkarnaen Pasaribu.

Sukses ini disambut gembira oleh seluruh skuad dan pengurus PSMS karena mengakhiri dahaga sejak era 50-an dimana PSMS tampil di Final 1954 dan 1957 tapi gagal meraih Juara.

Keberhasilan PSMS ini membuat PSMS Medan mewakili Indonesia di Aga Khan Gold Cup 1967 yang berlangsung di Bangladesh.

Baca Juga: PKB: Larangan Kampanye di Kampus Bikin Anak Muda dan Milenial Apatis, Buta Politik, Ini Pesan Untuk KPU

Dan akhirnya dalam Turnamen ini PSMS sukses menjadi Juara setelah di Final mengalahkan tim tuan rumah Mohammaden 2-0 lewat 2 gol sundulan Tumsila.

Pada 1968 T.D Pardede membentuk klub profesional pertama di Indonesia yaitu Pardedetex yang bertepatan dengan persiapan Timnas ke Kings Cup 1968.

Maka didatangkanlah Soetjipto Soentoro, Iswadi Idris, Judo Hadianto, Sinyo Aliandoe, Surya Lesmana, Mulyadi (Persija), Abdul Kadir, Jacob Sihasale (Persebaya), Anwar Udjang (Persika), M.Basri (PSM), Max Timisela dan Dede Rusli (Persib) ditambah anak Medan yaitu Sarman Panggabean dan Sunarto.

Skuad inilah yang kemudian melanglang buana ke beberapa negara membawa bendera Pardedetex yang sekaligus promosi dari produk tekstil Pardedetex.

Namun Pardedetex tidak bisa berlaga di Kejurnas PSSI 1969 karena statusnya yang profesional tidak terdaftar sebagai klub PSSI.

Maka kemudian Pardedetex ikut berlaga di kompetisi Divisi Utama PSMS. Jadilah kemudian skuad Pardedetex yang berisi bintang nasional ditambah anak Medan Sarman Panggabean, Azis Siregar dan Sunarto bergabung dengan PSMS kecuali Surya Lesmana kembali ke Persija.

Skuad Pardedetex ini digabung dengan anak-anak Medan Non Pardedetex yaitu Ronny Pasla,Yuswardi, Tumsila, Zulham Yahya, Ipong Silalahi, Syamsuddin dan dalam momen tertentu ditambah Sukiman dan Nobon menjadi skuad PSMS menghadapi Kejurnas PSSI 1969.

Skuad inilah yang sempat disebut sebgai "The Dream Team Indonesia" karena berisi materi - materi pemain terbaik Timnas.

Ramli Yatim kemudian dipercaya oleh PSMS Medan menjadi Pelatih skuad “The Dream Team” ini dengan didampingi oleh E.A Mangindaan sebagai Penasihat Teknis.

Skuad ini akhirnya seperti diduga sukses membawa PSMS Medan menjadi Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI 1969.

Skuad ini pula yang memperkuat Tim PON SUMUT pada PON 1969 di Jawa Timur dan sukses menjadi meraih Medali Emas setelah di Final mengalahkan DKI Jakarta 2-1 dalam duel panas yang sempat berujung perkelahian pemain.

Kesuksesan membawa Sumut meraih Medali Emas PON 1969 ini membuat Ramli Yatim mencatat sejarah sebagai sosok Pesepakbola Indonesia Pertama yang berhasil meraih Medali Emas PON sebagai Pemain dan Pelatih.

Pada 1970 Ramli Yatim bersama E.A Mangindaan membawa skuad “The Dream Team” PSMS ini berlaga di AFC Champions Cup 1970 yang berlangsung di Teheran Iran.

Ini merupakan pertama kali klub Indonesia berlaga di AFC Champions Cup.Ramli Yatim sukses membawa anak-anak asuhnya lolos ke Semifinal AFC Champions Cup 1970 ini.

Seusai pensiun menjadi Pelatih,Ramli Yatim kemudian menjalani karir sebagai Wasit Sepakbola baik di Kompetisi PSMS maupun di Kompetisi Nasional.

Sebuah karir yang lengkap bagi Ramli Yatim dalam dunia sepakbola karena pernah menjadi pemain, pelatih dan wasit.

Pada 10 November 1997 yang bertepatan dengan “Hari Pahlawan” Ramli Yatim menghembuskan nafasnya yang terakhir di Medan.

Sebagai penghargaan atas reputasi dan pengabdiannya oleh Pemerintah Daerah Kota Medan nama Ramli Yatim bersama adiknya yang juga Legenda PSMS dan Timnas Ramlan Yatim diabadikan menjadi nama jalan di kota Medan.

Ramli Yatim bersama rekannya di PSMS Ramlan Yatim dan M.Rasijd serta perenang Habib Nasution adalah atlet Sumut pertama yang berlaga di Olimpiade yaitu di Olimpiade Melbourne 1956.

Sebagai bukti cintanya kepada sepakbola di makamnya dibuat sebuah hiasan berupa bola beton yang diletakkan di dekat batu nisannya.

25 Tahun sudah Ramli Yatim berpulang namun kenangan prestasi dan kejayaannya bersama PSMS,Tim PON Sumut dan Timnas Indonesia akan terus hidup di dalam “Sejarah Emas” Sepakbola Indonesia.***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x