Lagi Enak-enak G20 di Bali, Indonesia Ditampol Dengan Milyaran Kebocoran Data PeduliLindungi

- 15 November 2022, 22:01 WIB
Warga menunjukkan aplikasi PeduliLindungi saat membeli minyak curah di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Senin (27/6/2022). Pemerintah akan menerapkan aturan baru terkait pembelian dan penjualan minyak goreng curah dengan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi atau menunjukkan nomor induk kependudukan pada KTP yang akan diberlakukan pada 11 Juli mendatang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.
Warga menunjukkan aplikasi PeduliLindungi saat membeli minyak curah di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, Senin (27/6/2022). Pemerintah akan menerapkan aturan baru terkait pembelian dan penjualan minyak goreng curah dengan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi atau menunjukkan nomor induk kependudukan pada KTP yang akan diberlakukan pada 11 Juli mendatang. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww. /RAISAN AL FARISI/ANTARA FOTO

JURNAL MEDAN - Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, yang dimulai Selasa 15 November 2022 menjadi catatan buruk bagi citra Indonesia di mata dunia.

Pasalnya, lebih dari 3,2 Milyar data PeduliLindungi bocor dan dijual oleh Bjorka yang sebelumnya juga membocorkan data salah satu aplikasi milik plat merah yaitu MyPertamina.

Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan kebocoran data tersebut diunggah pada Selasa pagi oleh anggota forum situs breached.to dengan nama identitas Bjorka.

Baca Juga: China Sudah Bicara Standarisasi 6G, Indonesia Masih Sibuk Kena Prank Bjorka

Bjorka sebelumnya juga telah berjanji untuk membocorkan data aplikasi PeduliLindungi ke publik setelah aplikasi MyPertamina.

Bjorka membocorkan 3,2 Milyar data yang terbagi ke dalam data pengguna, data vaksinasi, riwayat pelacakan, serta riwayat check-in pengguna aplikasi dengan memberikan sampel data.

Data yang diunggah yaitu Nama, Email, NIK (Nomor KTP), Nomor Telepon, Tanggal Lahir, Identitas Perangkat, Status COVID-19, Riwayat Checkin, Riwayat Pelacakan Kontak, Vaksinasi dan masih banyak data lainnya.

"Data yang berjumlah 3,2 Milyar ini dijual dengan harga US$ 100.000 atau sekitar Rp1,5 Milyar rupiah menggunakan menggunakan mata uang Bitcoin," kata Pratama Persadha dalam keterangan pers, Selasa, 15 November 2022.

Baca Juga: Gedung Putih Undang 32 Negara Bahas Ransomware, Indonesia Tak Diundang, Padahal Penduduk 270 Juta

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x