Ekonom Faisal Basri Sebut Utang PLN Banyak, tapi Untuk Keperluan Produktif dan Investasi

- 15 Juni 2021, 17:00 WIB
Ekonom Faisal Basri mengatakan Utang PLN Banyak tapi Untuk Keperluan Produktif dan Investasi. PLN juga dinilai mampu mengelola keuangan di mana investasi lebih tinggi dari utang itu sendiri
Ekonom Faisal Basri mengatakan Utang PLN Banyak tapi Untuk Keperluan Produktif dan Investasi. PLN juga dinilai mampu mengelola keuangan di mana investasi lebih tinggi dari utang itu sendiri /Antara Foto

JURNAL MEDAN - Ekonom senior Faisal Basri menilai PLN mampu mengelola utang dengan baik. Peningkatan jumlah utang PLN dilakukan untuk keperluan produktif dan investasi. Nilai utang pun jauh di bawah investasi dan nilai aset BUMN itu sendiri.

Faisal menyebut PLN tercatat memiliki utang Rp451 triliun pada 2020 atau turun Rp 2 triliun dibanding 2019.

"Utang PLN tidak dipakai untuk foya-foya. Hampir semua dipakai untuk investasi. Hanya sebagian kecil untuk menjaga cashflow (arus kas)," kata Faisal di Jakarta, Jumat 11 Juni 2021.

Baca Juga: Pemerintah Ambil Alih TMII, Fadli Zon: Jangan Sampai Dijual Juga untuk Bayar Utang

PLN, kata dia, mencatatkan penambahan utang Rp 199 triliun pada periode 2015-2020. Sebaliknya, nilai investasi PLN pada periode yang sama mencapai Rp 448 triliun.

Jumlah itu lebih banyak dibanding keseluruhan penambahan utang PLN di periode 2015-2020.

Wujud investasi PLN antara lain penambahan aset berupa pembangkit total 10.000 megawatt, transmisi sepanjang 23.000 kilometer sirkuit, dan gardu induk total 84.000 MvA.

Bagi masyarakat, manfaat investasi PLN dirasakan dalam bentuk peningkatan rasio elektrifikasi. Dari 88,3 persen menjadi 99,2 persen. Dengan kata lain, hampir seluruh wilayah Indonesia sudah terjangkau layanan kelistrikan dari PLN.

"PLN ini BUMN aset terbesar, sampai April 2021 mencapai Rp 1.599,5 triliun. Harus kita jaga bersama-sama. Tidak ada BUMN lain dengan aset sebesar ini," kata Faisal.

Faisal menguatkan pernyataannya dengan membandingkan laporan keuangan PLN terhadap sejumlah BUMN. BRI dan Bank Mandiri, misalnya, punya aset masing-masing Rp 1.387 triliun dan Rp 1.001 triliun.

Baca Juga: Syarat CPNS 2021 Formasi Khusus Disabilitas: Cek Disini!

Sementara Pertamina Rp 984 triliun. Ada pun Aset BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp 709 triliun dan Rp 297 triliun. BUMN lain beraset total di bawah PLN, Pertamina, dan empat bank pemerintah tersebut.

Investasi PLN bisa lebih besar dari utang karena sumber dananya tidak hanya pinjaman. Sebagian investasi PLN didanai dari kas internal dan penambahan modal. Investasi dari kas internal dimungkinkan karena PLN masih mencatatkan keuntungan.

Tata kelola keuangan PLN sejauh ini tetap untung meski harga listrik tidak naik sejak 2017. Padahal, sumber pendapatan PLN hanya dari menjual daya.

"Ongkos naik terus, harga tidak boleh dinaikkan," ujarnya.

Sebagai informasi, pendapatan PLN naik karena jumlah pelanggan terus bertambah dari 61 juta menjadi 79 juta. Saat pendapatan bertambah maka terjadi kenaikan biaya produksi. Sebab, semakin banyak pelanggan harus dilayani.

"Penyambungan kabel, penyediaan energi primer, semua butuh biaya," ujar Faisal. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah